Tahukah kamu, apa aritmatika itu? Kapan
aritmatika mulai ada? Untuk menjawabnya, perlu kita telusuri kembali fakta
sejarah kaum muslim di abad pertengahan. Aritmatika adalah cabang ilmu
matematika yang berkaitan dengan hitungan. Dalam bahasa Arab aritmatika sering
dikenal dengan nama ilmu “al-Hisab”.
Adapun ruang
lingkup kajianya adalah melakukan proses perhitungan atas benda-benda yang
didapati dalam kehidupan kita sehari-hari. Perhitungan tersebut meliputi proses
penjumlahan, pengurangan, perkalian serta pembagian.
Untuk kepentingan
perhitungan tersebut, para ahli matematika menciptakan satu set simbol bilangan
yang menunjukan pada “kuantitas” tertentu. Misalnya, simbol 1 memiliki nilai
tertentu akan berbeda dengan simbol 2, 3 dan seterusnya. Simbol-simbol inilah
yang kita sebut dengan “angka”.
Dengan nilai tetap
dari tiap-tiap angka tersebut. Kita dengan mudah dapat menjumlahkan bilangan
tertentu, dari sekelompok benda. Misalnya 52 ekor kambingan ditambah dengan 47
ekor kambing akan sama dengan 99 ekor kambing, tanpa harus mendatangkan dan
menghitung satu persatu secara rill 99 ekor kambing tersebut dihadapi kita.
Kapan sistem
bilangan desimal itu mulai ada? Sejarah kelahiran bilangan desimal, tidak
bisa dilepaskan dari kisah kemenangan
bangsa Arab setelah menguasai Alexandria pada tahun 641 M.
Mulai saat itu,
bangsa Arab tetap mempertahankan dan mengembangkan matematika Yunani, untuk
berabad-abad lamanya. Mereka membawa gagasan Yunani ke Eropa Barat setelah
menduduki Spanyol pada tahun 747 M. Ketika itu negara-negara barat masih
tenggelam dalam tahun-tahun kegelapan atau yang sering terkenal dengan istilah “the
dark age”
Disamping itu,
bangsa Arab juga banyak mendapat pengaruh pemikiran matematika para ilmuwan
Hindia dan India, seperti Brahmagupta (598 – 660 M) dan Arya-Bhata (475 – 550 M).
Dari pengaruh
Yunani dari India tersebut, maka bangsa Arab telah mewarisi simbol dari 1
sampai 9, yang bisa digunakan dalam perhitungan sehari-hari saat itu. Setelah para
ilmuwan muslim memahami gagasan aritmatika Tunani dan India, mereka mulai
mengembangkan cara-cara mereka sendiri. Namun dalam pengembangannya, aritmatika
mengalami kompleksitas yang tidak mudah, ketika harus menghitung jumlah yang
tidak sedikit, seperti satu juta milyar dan sebagainya. Oleh karena itu, para
ilmuwan Islam berusaha keras untuk menciptakan sistem bilangan yang dapat
digunakan untuk kepentingan tesebut. Muncullah sebuah sistem bilangan desimal
yang memanfaatkan simbol nol sebagai tanda kelipatan sepuluh, seribu dan
seterusnya.
Lalu siapakah
penemu angka nol itu? Sebuah sumbangan yang sangat cerdas untuk aritmatika
dibuat oleh Abu Abdullah Muhamad bin
Musa al-Khawarizmi (780 – 850 M) “seorang
ahli matematika muslim kelahiran khwarizm Kheva, sebuah kota di sebelah selatan
sungai Oxus Uzbekistan” yang telah menciptakan angka nol atau “Sifr” untuk pertama kalinya pada tahun
830 M, dalam sebuah karyanya yang terkenal yaitu Al-Maqala fi Hisab al-Jabr wa al
Muqabalah (the Book of Summary in
the Proces of Calculation for Compulasion and Equation).
Mulai saat itu,
lahirlah satu sistem bilangan desimal baru yang dilengkapi dengan simbol nol, sebagai
tanda kelipatan sepuluh, kelipatan seratus, kelipatan seribu dan seterusnya,
sebagaimana yang kita gunakan sekarang ini.
Aritmatika,
selanjutnya, mendapat tempat yang luas dari filosuf atau ilmuwan muslim pada
saat ini. Misalnya saja, oleh Ibnu Sina dalam bukunya yang berjudul “al-Syifa”,
ia telah mengabadikan aritmatika dalam bukunya tersebut dalam judul “al-Hisab”.
Perangko ini dibuat pada tanggal 6 september 1983 di Uni Soviet untuk mengenang kelahiran Al-Khwarizmi's yaitu ulang tahun yang sekitar 1200.
Sumber: Mutadi, 2008, Bergelut Dengan Si Asyik Matematika, PT. Listafariska Putra;Jakarta